Senin, 17 Februari 2014

Jika Cinta Hanya Sebatang Coklat Dan Setangkai Mawar






Jika Cinta Hanya Sebatang Coklat Dan Setangkai Mawar
sumber : Buku #Udah Putusin Aja, karya Ustad Felix Siauw.

Cinta sebatas sebatang coklat?
Wajarlah bila ia hilang dilahap nafsu.
Bila tidak, ia pun akan lekang digerogoti masa.

Wajar pula dia bisa ditetak dengan pisau selingkuh.
Kenapa tidak?
Toh cinta sebatas sebatang coklat.

Atau cinta terbatas layaknya setangkai mawar merah,
Wajar pula waktu meluruhkan merahnya, 
Meninggalkan kering kelopak tanpa nyawa.

Habis indah wangi mawar. 
Yang tinggal hanya getir pedih penyesalan.

Bagaimana bila ia bunga kertas atau plastik,
yang katanya takkan habis dimakan waktu?
Betul ia bertahan, namun cinta akan sepalsu tampaknya.

Bila cinta sebatang coklat atau setangkai bunga,
ia bisa dibayar pula dengan sejumlah harga.
Tak peduli siapa yang meminta.

Tapi tidak bagi seorang mukminah, cinta punya mahar.
Pernikahan yang hanya dapat diberikan, 
kepada hamba-hamba Allah yang ikhlas nan taat.

Bagi mereka, cinta adalah tanggung jawab,
yang hanya diserahkannya kepada ahlinya.
Yang dapat membimbing mereka ke halaman surga.

Tidak pula cinta ndeso Romeo-Juliet jadi pilihan para mukmin.
Apalagi kisah sontoloyo Laila-Majnun, 
atau epik lain yang tak mendidik.

Rayuan para mukmin adalah ayat Al-Qur’an,
gombal mereka adalah seruan taat kepada Allah.
Dan rindu mereka adalah dakwah di jalan Allah.

Bagi mukmin-mukminah, cinta bukan sebatang coklat-setangkai mawar,
bagi mereka, cinta berarti perlawanan, perjuangan, dengan kata atau pena.