Alkisah di zaman dahulu ada seorang pendeta yang bernama Bashisha, ia dikenal sebagai ahli ibadah yang tidak mengenal lelah. Ia gemar sekali melakukan ibadah tanpa putus-putus, seluruh waktunya tercurahkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Disamping itu, ia juga dikenal sebagai orang yang baik dan terpuji oleh masyarakatnya. Banyak sekali orang yang datang kepadanya sekedar meminta petuah atau meminta tolong agar terbebas dari kesusahan yang di deritanya. Karena memang konon orang suci seperti Bashisha, banyak mendapat karomah yang dapat digunakan untuk kebaikan sesama.
Namun syaitan adalah makhluk yang paling benci pada orang yang melakukan rukuk sujud. Melihat itu hati syitan atau iblis pun menjadi mendidih. Segala upaya kemudian dilakukan untuk menggoda sang pendeta, tapi sang pendeta tetap bertahan dengan ketaatannya, ia tetap melakukan ibadah siang malam tak henti-henti.
Syaitan pertama telah jemu merayu, syaitan kedua pun dibuat frustasi dan putus asa sebab bujuk rayunya tidak mempan. Di susul kemudian syaitan yang ketiga, empat dan lima, namun kesemua hasilnya tetap nihil. Syaitan-syaitan yang gagal tersebut lantas berkumpul dan melaporkan hasil usahanya pada sang pemimpin syaitan. Berdasakan laporan tersebut, sang raja syaitan semakin tertantang dan penasaran, maka ia membuat instruksi tegas pada perserikatan syaitan itu untuk tetap membujuk dan menggoda Bashisha.
Kemudian rombongan syaitan berkumpul dan bermusyawarah untuk mencari tahu lebih dulu kelemahan Bashisha. Namun, hal itu tidak juga dapat segera diketahui. Pendeta yang satu ini sangat teguh pendirian, sulit dirayu maupun digoda. Bashisha pun tetap beribadah tekun dan tetap berserah diri pada Allah dengan ikhlas.
Pada suatu hari terdapat empat orang bersaudara yang tinggal tak jauh dari tempat tinggal Bashisha. Empat bersaudara tersebut terdiri atas tiga orang laki-laki dan satu perempuan. Suatu saat ketiga laki-laki tersebut mendapat panggilan untuk mengikuti jihad fisablilillah. Dan ketiganya merasa terpanggil untuk berangkat ke medan laga. Persoalan timbul ; Bagaimana dengan adik perempuan mereka satu-satunya itu?
Akhirnya ketiga laki-laki ini bermufakat untuk menitipkan saudara perempuan yang satu-satunya itu kepada pendeta suci Bashisha. Berangkatlah mereka bertiga menemui Bashisha di kediamannya. Awalnya sang pendeta menolak untuk dititipi sang gadis. Namun, karena kebaikan dan ke-ikhlasannya dalam membantu orang lain, akhirnya sang pendeta setuju.
Awalnya, Bashisha memang tidak mempunyai perasaan apa-apa pada sang gadis kecuali keikhlasan untuk menolong saja. Ia pun tetap menjalankan rutinitas ibadahnya dengan tekun, sambil menjaga gadis itu. Bashisha senantiasa menjaga dan mengawasi gadis itu dari dalam rumahnya, sementara si gadis di tempatkan di kuil kecil yang berdekatan dengan kuilnya.
Rombongan syaitan mulai mencium keadaan ini. Mereka kembali bersemangat untuk menggoda dan merayu Bashisha. Akan tetapi, bujukan dan rayuan tersebut untuk sementara dapat dengan mudah di tangkis oleh sang pendeta, sehingga syaitan-syaitan tersebut menjadi jengkel dan kewalahan.
Tapi memang sudah menjadi sifat syaitan tidak mau kalah, mereka melakukan serangan dari berbagai sudut dan menggunakan beribu cara. Kali ini mereka datang bukan dengan bujukan langsung, melainkan dengan bujukan halus seolah menunjukkan pada sang pendeta tentang rasa tanggung jawab yang besar.
Mula-mula ia membisikkan pada pendeta untuk melihat gadis itu. Dengan alasan sebagai tanggung jawab karena sudah di titipi amanat. Bujukan syaitan itu akhirnya memenuhi rongga dada sang pendeta. Kemudian pendeta tersebut segera pergi ke kuil kecil tempat gadis itu berada.
Ketika pintu dibuka oleh si gadis, seketika terteraplah pandangan keduanya. Keduanya tanpa sadar saling berpandangan. Sejak saat itu, pendeta Bashisha menjadi sulit untuk melupakan wajah si gadis. Memang saat itu pendeta dengan cepat meninggalkan kuil kecil tersebut dengan maksud untuk menghindari tatapan itu lebih lama.
Namun syaitan memang licik, ia terus menerus membisikkan tentang kecantikkan dan keelokan gadis tersebut. Hingga tiap malam sang pendeta menjadi sulit tidur bukan karena berdo'a kepada Allah, namun dikarenakan melamun membayangkan wajah si gadis.
Syaitan berteriak gembira karena merasa mendapat celah untuk menggoda sang pendeta. Dia pun kembali membisikkan kepada sang pendeta untuk berbincang-bincang pada si gadis. Hasutan tersebut dengan mudah mempengaruhi sang pendeta.
Saat ini pendeta itu semakin sering berjumpa dan bercakap dengan si gadis. Dan hal itu menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya. Mereka berdua semakin di kuasai nafsu hingga akhirnya melakukan zina. Akibat perbuatan itu sang gadis menjadi hamil dan kemudian melahirkan seorang bayi.
Dan setan pun kembali membisikkan rasa takut dalam dada sang pendeta. Bagaimana jika ketiga saudara si gadis kembali dari jihad fisabilillah. Sang pendeta menjadi ketakutan akan hal itu. Pendeta Bashisha di bujuk untuk membunuh wanita itu. Dan jika tiga bersaudara itu bertanya dimana adiknya, syaitan menyuruh sang pendeta untuk mengatakan bahwa wanita itu sudah mati. Syaitan bahkan meyakinkan sang pendeta bahwa tiga bersaudara itu pasti akan mempercayai ucapan sang pendeta karena pendeta itu adalah orang terpecaya.
Tanpa pikir panjang, pendeta itu pun membunuh wanita itu beserta bayinya. Lantas mayatnya dikubur dalam sebuah lubang yang di tutup dengan batu. Untuk sesaat pendeta tersebut merasa lega.
Dugaan pendeta ternyata benar. Setelah jihad fisabilillah usai, tiga pemuda tersebut menghadap pendeta untuk menjemput kembali adiknya. Namun, dengan berpura-pura sedih sang pendeta bercerita bahwa saudari perempuan mereka sudah mati menghadap Allah SWT. Ketiga pemuda itu percaya saja ucapan sang pendeta dan menangis sejadi-jadinya sambil mengucapkan "Inallillahi wa ina Ilaihi raji'un." Kemudian ketiga pemuda tersebut pulang dalam perasaan sedih yang mendalam.
Sesampainya di rumah ketiga pemuda itu tidur ditempatnya masing-masing. Tiba-tiba salah seorang pemuda bangun. Ia bermimpi bahwa sang adik ternyata di bunuh oleh pendeta dan dikuburkan di lubang dekat kuil. Ia menceritakan mimpinya kepada saudaranya yang satu, dan saudaranya itu juga bermimpi hal yang sama. Keduanya lalu menceritakan mimpi itu pada saudara yang satunya lagi, dan anehnya saudara itu pun juga mendapatkan mimpi yang sama.
Karena penasaran ketiga pemuda itu segera pergi k elubang dekat kuil seperti yang ada di dalam mimpi mereka. Dan benar saja. Mereka menemukan adik mereka beserta bayinya mati dalam keadaan mengenaskan.
Sementara itu pendeta Bashisha mulai ketakutan karena kedoknya terbongkar, ia berencana untuk bertobat dan memohon ampun kembali kepada Allah. Tapi syaitan kembali menghasut Bashisha, ia memanfaatkan kondisi Bashisha yang sedang panik dan terdesak.
Lalu, karena diiming-imingi bantuan oleh syaitan, Bashisha akhirnya bersedia menjadi pengikut syaitan dan bersujud pada makhluk terkutuk itu.
Begitulah kisah tentang pendeta yang taat itu. Ia yang awalnya taat bisa berubah menjadi pengikut syaitan karena terus di goda dan di hasut. Apalagi kita, yang imannya mungkin masih sebesar biji jagung. Jadi untuk itu sobat Rainers, ayo kita perdalam lagi keimanan kita. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari godaan syaitan yang terkutuk. Amiiin J :D
Ko pendeta nyembah Allah?
BalasHapusKisah Barshisha ini terjadi pada zaman bani israil yang sebutan untuk ulamanya pendeta. Di zaman bani israil mereka masih diatas tauhid seperti islam pada saat ini, makanya menyembah Allah semata.
BalasHapus