Wahai saudari,
Teruntuk dirimu yang
selalu mencari.
Bertanya-bertanya
tentang kapan hidayah menghampiri.
Menyalahkan takdir Tuhan
atas hidayah yang tak pernah mengunjungi.
Kupersembahkan tulisan
ini,
Untuk setidaknya membantumu
memahami.
Wahai saudari,
Sebenarnya hidayah
datang setiap hari.
Hanya saja dengan cara
yang terkadang tak kamu sadari.
Terkadang ia hadir dari
lisan para ulama-ulama di telivisi.
Terkadang ia hadir melalui
nasehat orang-orang baik hati.
Bahkan terkadang ia juga
hadir, dari orang-orang yang tak lagi kenal siapa diri.
Tapi sayang, kamu tak
menyadari,
Atau bahkan tak peduli
sama sekali.
Terkadang ia datang
dari buku-buku yang kamu baca setiap hari.
Terkadang ia datang
dari tulisan-tulisan memotivasi.
Atau terkadang ia
datang dari cerita-cerita yang menginspirasi.
Tapi lagi-lagi, kamu
tak menyadari,
Dan kembali tak peduli.
Wahai saudari,
Pernahkah kamu
memahami,
Bahwa hidayah terbesar
nyatanya sudah kamu miliki.
Bahwa hidayah terbesar
sudah sejak dulu menghampiri.
Namun ia tertutup rapi.
Karena sudah lama tak
dibuka lagi.
Atau bahkan tak pernah
dibuka sama sekali.
Ia berdiam diri.
Di tiap-tiap sudut
lemari.
Di bagian teratas
rak-rak tertinggi.
Wahai saudari,
Jangan sekali-kali kau
mengingkari.
Menghardik dan
menghakimi.
Apalagi menyalahkan
Allah Yang Baik Hati.
Menyalahkan-Nya atas hidayah
yang tak kunjung kamu resapi.
Meragukan-Nya atas
hidayah yang tak kunjung kamu sadari.
Mempertanyakan-Nya atas
hidayah yang kamu abaikan setiap hari.
Wahai saudari,
Hidayah tak pernah
memilih siapa yang dia sukai.
Tak pernah pilih kasih
ketika menghampiri.
Hidayah tak pernah
pergi.
Apalagi melarikan diri.
Karena itu wahai
saudari,
Cobalah untuk lebih
peduli.
Cobalah untuk lebih
memekakan diri.
Barangkali detik ini
dia kembali menghampiri.
Mengetuk pintu hati
melalui tulisan ini.
Jika kamu kembali
berpura-pura tuli,
Maka sekali lagi,
Kamu akan mengusirnya
pergi tanpa kamu sadari.
Kamu akan tetap tak
menyadari.
Bahwa sebenarnya ia
sudah menghampiri,
Namun tak kamu sambut
dengan sepenuh hati.