Kamis, 27 Desember 2018

Ketika Sistem Islam Dicampakkan: Kehancuran dan Kekacauan Pasti Menghampiri




Seolah belum cukup menyakiti umat dengan janji-janji manis yang tampaknya hanya candaan, rezim lagi-lagi membuat umat kecewa dengan membekunya pemerintahan tatkala mendengar kabar duka menghampiri umat Islam Uyghur. Saudara se-aqidah yang seharusnya ibarat satu tubuh, tak didengar jeritannya oleh rezim ini. Rezim takluk dan tunduk dibawah tekanan China yang telah ‘berjasa’ memberikan banyak hutang kepada negara. Sehingga rezim hanya mengangguk patuh ketika diberikan syarat kesepakatan bahwa pemerintah Indonesia tak boleh ikut campur dengan apapun yang terjadi di China.

Sungguh miris ketika negeri bermayoritas muslim (dengan jumlah populasi muslim terbesar bahkan) justru diam ketika saudara seiman terancam kebebasan beragamanya. Umat muslim di Uyghur dipaksa menghilangkan keislaman mereka dan sama sekali tidak boleh menerapkan islam dalam kehidupan sehari-hari. Seolah-olah itu belum cukup mengerikan, para anak-anak kecil dimasukkan ke panti asuhan dan dipisahkan dari orangtua mereka, para muslimah diperkosa dan dipaksa menikah dengan suka Han China yang jelas-jelas berbeda keyakinan dan aqidah. Para pemuda dan orang-orang tua dimasukkan paksa ke dalam camp-camp mengerikan yang mereka sebut camp re-education (pendidikan ulang). Semua dilakukan agar islam redup dalam jiwa muslim-muslimah Uyghur. Sementara kita di Indonesia? Terlalu segan menyuarakan aksi pembelaan hanya karna mengingat “betapa baik hatinya” China meminjamkan hutang. Terlalu segan hingga dengan tega menghilangkan sisi kemanusiaan untuk membantu muslim Uyghur menyuarakan hak keadilan.

Maka jika diperhatikan jelaslah tampak siapa yang kini intoleran. Islam atau mereka (musuh-musuh islam)? Ketika mereka berteriak islam intoleran hanya karena menolak melakukan hal-hal yang dinggap bertentangan dengan syariah islam, mereka malah melakukan sesuatu yang jelas-jelas lebih intoleran dan jauh dari aksi kemanusiaan. Pembombardiran Gaza, kekacauan Syiria, penjajahan di tanah Palestina, pelarian muslim Myanmar, semua terjadi dengan begitu mengenaskan dan bahkan sampai menghilangkan nyawa, hanya karena mereka berbeda aqidah dan agama. Dan mereka masih berani-berani menyebut Islam intoleran?

Dan lagi-lagi. Rezim diam. Dan parahnya malah menjalin kerja sama dengan orang-orang yang nyata-nyata merupakan musuh Islam.

Rindu rasanya ketika membaca sejarah, bagaimana Islam di bawah kekhilafahan Umar bin Khatab begitu bermartabat dan disegani. Bagaimana Islam di bawah kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz yang begitu makmur dan sejahtera. Atau bagaimana kekhilafahan Islam di masa Abbasiyah yang pendidikannya begitu maju dan berpengaruh. Bahkan toleransi yang dipraktekkan pada masa Utsmani diakui kebenarannya oleh seorang orientalis Inggris, TW Arnold yang berkata, “The treatment of their Christian subjects by the Ottoman emperors—at least for two centuries after their conquest of Greece—exhibits a toleration such as was at that time quite unknown in the rest of Europe (Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani—selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani—telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa).” (The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, 1896, hlm. 134). Mereka semua hidup dengan mempraktekkan hukum-hukum Islam dan berhasil mendapatkan rahmat dan kesejahteraan dengan Islam itu sendiri.

Sementara kita? Dengan sombongnya mencampakkan hukum islam buatan Allah dan menggantinya dengan hukum selain Islam buatan manusia. Padahal jika kita mau berpikir akan kita dapati bahwa memang tak ada yang lebih baik selain hukum Islam. Hukum yang datang dari Sang Pencipta Segala Sesuatu. Dan kenapa, justru malah hukum dari Sang Pencipta ini yang kita campakkan?  Semoga ini dapat menjadi bahan renungan.

#HaramPilihPemimpinIngkarJanji
#HaramPilihPemimpinAntekAsingAseng
#IslamSelamatkanNegeri
#KhilafahAjaranIslam

Minggu, 23 Desember 2018

Rezim Ingkar Janji Memimpin Negeri




Sebelum menjabat dan menduduki kursi pemerintahan, rezim yang berkuasa saat ini menjanjikan pada rakyat banyak hal baik yang menakjubkan. Tapi setelah duduk di kursi pemerintahan, apa yang rakyat dapatkan? Lima tahun yang sama seperti sebelumnya terulang (dan menjadi lebih buruk bahkan). Luka hidup yang berharap dapat disembuhkan malah terbuka semakin lebar. Janji-janji yang dulu diutarakan, kini menguap, menghilang seolah tak pernah diucapkan. Tampaknya bagi rezim ini janji adalah sebuah candaan, yang bisa diucapkan dengan begitu santai kemudian dilupakan setelah kekuasaan mendarat di genggaman.

Hal yang jelas-jelas berbeda dalam sistem Islam yang amanah dan mensejahterakan. 1300 tahun lamanya, umat hidup dalam masa gemilang yang tak pernah terjadi dalam masa-masa sebelumnya. Karena ketika Islam dijadikan poros dalam kehidupan, dijadikan sistem yang mengatur segala lini kehidupan, maka jelaslah bahwa rahmat yang akan didapatkan. Maka tak salah jika kelak umat menuntut perubahan, dengan Islam sebagai solusi perubahan. Sebab Allah telah menjanjikan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Benar-benar seluruh alam.

#HaramPilihPemimpinIngkarJanji
#HaramPilihPemimpinDzalim
#IslamSelamatkanNegeri
#KhilafahAjaranIslam