Rabu, 08 April 2015

[Cerpen] Kutub Mencair! Selamatkan Lingkungan, Sebelum Bumi Tenggelam.

Assalamu'alaikum ^^
Meet again Rainers ^0^
Kali ini saya mau nge-share cerpen buatan saya. sebenarnya sih ini tugas Bahasa Indonesia yang materinya mengenai "Mengubah Teks Eksplansi menjadi Cerpen." Bagi Rainers yang setingkat sama saya pasti udah pada belajar materi ini :)
Cerpen ini saya tulis dalam satu malam. Dan jangan menganggap bahwa saya pintar, hebat dan semacamnya. Karena kenyataannya, saya berhasil nyelesaikan nih cerpen akibat terdesak plus terburu-buru -_-  Otak saya ini emang kenceng banget mikirnya kalau udah saat-saat terdesak -_- ckckck.
Oke Rainers, selamat membaca ^0^


Kutub Mencair! Selamatkan Lingkungan, Sebelum Bumi Tenggelam.



Seorang gadis berlari kencang menyusuri koridor sekolahnya yang kini lenggang. Bel sekolah akan berbunyi beberapa menit lagi, dan sudah bisa dipastikan gadis itu akan dihukum jika dia tidak segera sampai di dalam kelas.

Sudah menjadi peraturan sekolahnya untuk tiba di kelas tepat waktu. Dan dia tahu itu. Namun sialnya, karena banjir yang menerjang kemarin malam, jalan raya menjadi sangat macet dan dia harus menghabiskan waktu di jalanan. Padahal, dia berhasil bangun lebih pagi dari biasanya dan bisa berangkat cukup pagi. Dan entah kutukan apa yang menimpanya, dia tetap saja nyaris terlambat masuk kelas seperti hari-hari sebelumnya.

“Hufft, nyaris saja,” ucap gadis itu lega, ketika dia berhasil menginjakkan kakinya ke dalam kelas sebelum bel berbunyi.

“Telat datang karena kesiangan lagi, Vianita?” goda salah seorang temannya.

Oh, oke. Harus diakuinya bahwa nyaris terlambat adalah salah satu kebiasaannya yang sulit sekali dihilangkan. Tidak peduli berapa kali dia berusaha untuk berangkat lebih pagi, gadis itu selalu saja nyaris terlambat datang ke sekolah. Dia tidak terlambat memang. Tapi nyaris. Dan itu menyebabkan dia harus berlari agar sampai di dalam kelas sebelum bel berbunyi. Dan perlu dicatat. Berlarian di koridor hanya agar tidak terlambat masuk kelas sama sekali bukan hal menyenangkan. Apalagi dia adalah salah satu dari sejumlah spesies yang membenci kegiatan olahraga. Bahkan meskipun itu hanya sekadar berlari.

“Enak saja! Jalanan macet. Padahal aku sudah berhasil bangun pagi hari ini,” tukas Vianita tidak terima.

“Tumben sekali,” ejek temannya lagi.

“Yah, bagaimana lagi. Hari ini Ibu kelihatan kesal dan menumpahkan seember air ke wajahku,” jawab Vianita muram.

Yah benar. Dengan berat hati diakuinya bahwa dia berhasil bangun pagi hari ini dikarenakan ibunya yang menyeramkan itu menumpahkan seember air ke wajahnya. Dan dia yang saat itu sedang bermimpi menghitung jumlah cokelat Belgia yang tampak menggiurkan, tiba-tiba terlonjak bangun tanpa sempat mencicipi rasa cokelat itu sama sekali. Dan lebih sialnya lagi, ketika dia membuka mata dan sadar sepenuhnya, ibunya malah berteriak ke telinganya untuk menyuruhnya bangun. Dan teriakan itu sukses membuatnya semaput sesaat yang disertai dengan telinga berdenging.

“Mungkin dia sudah paham bahwa berteriak-teriak setiap pagi untuk membangunkanmu sama sekali tidak membuahkan hasil,” sahut salah seorang temannya yang lain.

“Benar. Karena itulah dia membangunkanku dengan cara sadis seperti itu hari ini,” angguk Vianita menyetujui.

“Hei. Hari ini Ibu Syifa yang mengisi jam pelajaran, kan?” tanya gadis itu. Mendadak antusias ketika teringat bahwa hari ini adalah pelajaran guru favoritnya.

“Ya. Kenapa?”

“Tidak. Bukan apa-apa,” jawab gadis itu sambil melanjutkan langkah menuju kursinya.


***

Vianita menekuk wajahnya kesal sambil menatap jengkel beberapa orang murid yang sedang berbicara dengan tiga orang mahasiswa yang entah datang dari universitas mana.

Gadis itu merasa kesal sekali. Ketika dia tengah mendengarkan penjelasan Ibu Syifa yang menyenangkan, tiba-tiba saja anggota BLH (Budaya Lingkungan Hidup) memanggilnya sebagai perwakilan kelas untuk sosialisasi lingkungan dari mahasiswa universitas di daerah mereka.

Dengan kesal gadis itu bertanya pada anggota BLH kenapa harus dia yang menjadi perwakilan kelas. Dan dengan santainya pria yang ditanya itu menjawab bahwa ada seorang siswa yang mendaftarkan namanya sebagai salah seorang anggota BLH, dan mulai saat ini Vianita Renahayati resmi menjadi salah seorang anggota BLH. Dan yang lebih menyebalkan, dia sudah tidak bisa lagi protes karena namanya dan nama anggota BLH yang lain sudah dikirim dan disetujui oleh Kepala Sekolah.

Sial. Siapa manusia yang berani-beraninya mendaftarkan namanya sebagai anggota BLH? Oknum tidak bertanggung jawab itu sudah berhasil membuat harinya semakin berantakan. Bagaimana tidak? Dimulai dari pagi yang menyebalkan, jalanan yang macet, aksi berlarian tidak jelas di sepanjang koridor, dan sekarang diperparah dengan masuknya dia sebagai anggota BLH.

Ya Tuhan, memangnya sejak kapan dia peduli pada lingkungan sehingga bisa didaftarkan sebagai salah satu anggota pecinta lingkungan itu? Ibunya saja sampai putus asa hanya untuk menyuruhnya menyiram bunga yang ada di halaman depan rumah. Jadi, bagaimana bisa dia menjadi anggota BLH? Organisasi yang anggotanya berisikan siswa-siswi yang peduli lingkungan. Benar-benar tidak cocok dengan dirinya yang nyaris tidak mau tahu mengenai lingkungan.

“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu,” ucap salah seorang mahasiswa yang menggunakan kerudung yang cukup dalam.

“Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatu,” jawab seluruh siswa yang ada diruangan ini serempak.

“Selamat pagi semuanya?”

“Selamat pagi.”

 “Perkenalkan, nama kakak Lizari Nuriana. Laki-laki ganteng di samping kanan kakak bernama Revan Jaya. Dan perempuan cantik di samping kiri kakak bernama Maridha Wahyuni. Kami perwakilan dari jurusan Lingkungan Hidup Universitas Persada, ingin melakukan sosialisai mengenai lingkungan kepada adik-adik semua.”

“Adik-adik, kita semua tentu mengetahui betapa betapa pentingnya menjaga lingkungan di sekitar kita. Banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan jika kita dengan sungguh-sungguh merawat lingkungan, dan banyak juga dampak negatif jika kita merawat lingkungan dengan baik. Kita semua tentu sudah mengetahui dengan jelas hal itu. Nah, pada hari ini, kami bertiga akan membahas apa yang akan terjadi jika lingkungan tidak dirawat dengan baik. Materi ini akan di sampaikan oleh kak Revan. Silakan kak Revan,” ujar Lizari  sambil menyerahkan microfon kepada Revan.

“Oke adik-adik. Kita semua tentu mengetahui apa yang akan terjadi jika lingkungan di sekitar kita mengalami kerusakan. Seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya. Namun, hari ini, kami tidak membahas mengenai dampak yang sudah umum itu. kali ini kami akan membahas topik yang jarang sekali disadari oleh orang lain. Padahal, dampaknya sangat besar dan berbahaya sekali bagi kehidupan kita.”

“Bumi memiliki dua kutub, yaitu Utara dan Selatan, yang sering kita sebut dengan Kutub Utara dan Kutub Selatan. Kedua kutub itu memilki suhu 0 derajat celsius, sehingga tempat itu tertutupi oleh es yang membeku. Pernahkah terpikirkan oleh adik-adik apa yang akan terjadi jika es di kutub itu mencair?” tanya Revan, menimbulkan kasak kusuk di sekitar siswa-siswi yang ada di ruangan itu. Tampaknya topik ini cukup menarik, karena Vianita yang beberapa saat yang lalu tampak enggan mendengarkan, kini duduk dengan tubuh tegak, tampak antusias mendengarkan penjelasan mahasiswa di depan ruangan.

“Apa kalian semua tahu? Dulu kutub itu pernah mencair dan menenggelamkan sebuah pulau yang cukup besar. Pulau itu bernama Greenland. Jika kutub mencair kembali mencair, diprediksi kota London dan Vanesia akan tenggelam. Bahkan, seluruh negara Belanda dan Denmark dipastikan akan tenggelam jika kutub kembali mencair.”

“Nah, kita semua tentu bertanya-tanya, apa hubungannya pencairan es di kutub dengan lingkungan, iya kan? Pertanyaan ini akan dijawab oleh kak Maridha. Silakan kak,” ujar Revan sambil menyerahkan microfon kepada Maridha.

“Adik-adik, seperti yang disampaikan oleh kak Reban tadi, bahwa kedua kutub itu memiliki suhu 0 derajat celcius. Jika suhunya di atas 0 derajat celsius, es di kutub tersebut akan mencair. Nah, alasan naiknya suhu ini berhubungan dengan lingkungan.”

“Kenaikan suhu dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti terjadinya pemanasan global. Pemanasan global atau yang sering disebut-sebut sebagai global warming adalah suatu proses naiknya suhu rata-rata atmosmer, laut, maupun permukaan bumi. Nah, penyebab terjadinya pemanasan global ini disebabkan oleh adanya efek rumah kaca, evek umpan balik, dan variasi matahari. Penyebab lainnya yaitu karena terjadinya kerusakan atmosfir. Atmosfir adalah lapisan udara yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet maupun meteor. Kerusakan atmosfir terjadi karena adanya pelepasan zat freon ke udara serta polusi dari bahan bakar pesawat. Lalu bagaimana jika atmosfir kita mulai menipis atau mengalami kerusakan? Kita tidak bisa melakukan apapun untuk mengembalikannya seperti semula. Dan coba bayangkan jika atmosfir benar-benar menghilang, panas bumi akan semakin meningkat dan tentu saja akan berdampak pada es yang ada di kutub.”

“Namun, agar semua hal itu tidak terjadi, kita dapat melakukan beberapa hal untuk mencegahnya. Disinilah peran lingkungan dibutuhkan. Caranya dengan mengajak masyarakat untuk mengurangi pemakaian AC, mengurangi rumah atau gedung yang dindingnya terbuat dari kaca, serta dengan menanam banyak tumbuhan agar suhu udara menjadi lebih sejuk. Jadi, adik-adik dari organisai BLH, harus berusaha keras untuk menjaga lingkungan. Masa depan bumi kita tergantung pada diri kita sendiri. Sekian dari kakak. Terima kasih atas perhatiannya.” Terdengar gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan itu ketika Maridha selesai menyampaikan sosialisasinya.

“Waaw, ternyata begitu besar dampak yang harus kita hadapi jika kita tidak menjaga lingkungan dengan baik. Karena itu adik-adik, kita harus menjaga lingkungan. Jika kita mau dan berusaha bersahabat dengan alam, alam pun juga akan berdamai dengan kita. Oleh karena itu, mari kita jaga alam kita agar dapat sedikit mengurangi terjadinya bencana alam.”

“Baiklah. Sekian sosialisasi kita pada hari ini, terima kasih atas perhatiannya, lebih dan kurang kami mohon maaf. Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu.”

“Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatu,” jawab seluruh murid serempak sambil mengemuruhkan tepuk tangan.

Vianita berjalan kembali ke kelasnya dengan berbagai macam hal yang berkecamuk di dalam pikirannya. Dia tidak tahu bahwa ketidakpeduliannya terhadap lingkungan akan membawa dampak yang begitu besar terhadap bumi. Ya Tuhan, dia merasa sangat bersalah karena selama ini tidak begitu peduli pada lingkungan. Bahkan sekedar membantu menyiram bunga di halaman rumahnya saja dia masih ogah-ogahan.


Baiklah. Mulai nanti sore, dia akan membuat ibunya teerkejut karena dialah orang pertama yang akan memegang selang air dan menyiram seluruh bunga yang ada di halaman.


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar