Senin, 24 Maret 2014

Wajah Teduh Milik Rayna - Part 5

PART V






Three Day’s Letter.

At class, School


Sejak mendengar cerita Rayna siang itu, aku menjadi semakin bertekad untuk segera berhijab. Aku juga tidak mau kejadian pahit yang dialami Rayna menimpaku.

Baiklah. Sudah kuputuskan aku akan berhijab.

Pertama-tama dimulai dari baju. Kurasa aku lebih menyukai gamis daripada rok. Karena gamis sepertinya lebih simple. Tapi sayang, aku tak terlalu tahu mengenai gamis yang bagus. Bisa tidak ya, Rayna membantuku memilih gamis yang bagus.

“Assalamu’alaikum.”

Aha, akhirnya orang yang sejak tadi ditunggu, muncul juga.

“Wa’alaikumsalam.”

“Ah, bagaimana soal hijab? Sudah diputuskan?”

“Sudah. Kayla mau segera berhijab.”

“Alhamdullillah. Syukurlah kalau begitu.”

“Tapi Kayla butuh bantuan.”

“Insya Allah selalu siap membantu,” sahutnya dengan senyum lebar.

“Kayla kan, nggak punya baju tertutup. Nah, bisa tidak Rayna bantuin Kayla buat milih gamis yang bagus. Soalnya Kayla nggak tau apa-apa soal begituan.”

“Boleh. Kapan kita berangkat?”

“Hmmmm, besok saja gimana? Kebetulan besok minggu.”

“Benar juga. Insya Allah, Rayna tunggu Kayla di halte bus jam 8 pagi, oke?”

“Siip.”


***


Next Day

07.00 AM

Kayla’s Home.


Hari ini aku memutuskan untuk menggunakan kerudung dan gamis yang pernah ku kenakan malam itu. Kerudung berwarna turquoisedan gamis berwarna biru laut dan tak lupa kaus kaki berwarna cream. Saat keluar dari kamar, seluruh keluargaku yang tengah bersantai di ruang keluarga menatapku seolah aku orang asing yang tak dikenal.

“Jangan begitu dong lihatnya. Kayla malu nih,” ujarku dengan wajah merah padam.

“Subhanallah Kayla, kamu cantik sekali,” puji ibuku. “Tapi kenapa tiba-tiba menggunakan gamis itu. Kamu bilang tidak mau menggunakannya?” tanya ibuku heran.

“Kayla mau berhijab, Bu.”

“Serius kamu? Alhamdullillah. Akhirnya Allah buka pintu hati kamu,” sahut ayah riang.

“Jadi, kakak mau kemana?” tanya adik perempuanku yang masih berumur 6 tahun.

“Oh iya lupa bilang, Kayla mau pergi bareng teman buat cari gamis sama kerudung baru. Soalnya pakaian Kayla yang tertutup cuma ini.”

“Waah bagus sekali. Sini ayah tambahin uang kamu.”

“Enggak usah yah, Kayla pengen beli gamis sama kerudung untuk pertama kalinya pake tabungan Kayla sendiri.”

“Oh begitu. Ya sudah. Kalau begitu ayah belikan kamu gamis lain kali ya.”

Oke. Kalau gitu Kayla berangkat dulu ya, Yah, Bu, Assalamu’alaikum,” pamitku sambil mencium kedua tangan mereka.

“Wa’alaikum salam.”

Aku senang sekali. Ternyata hijabku disambut baik oleh keluargaku.


***


07.54 AM

At Halte Bis.


“Assalamu’alaikum,” sapaku pada Rayna yang duduk di kursi halte bus sambil membaca buku. Buku memang benda yang tak bisa lepas dari gadis satu ini. Hari ini dia terlihat cantik dengan gamis berwarna hijau toska yang dipadu dengan kerudung berwarna hijau lembut. Dan seperti biasa, wajahnya terlihat teduh.

“Wa’alaikumsalam. Ya ampun, ini kamu Kayla? Subhanallah. Kamu cantik sekali,” pujinya takjub.

“Terima kasih. Kamu juga manis sekali dengan gamis itu.”

“Hahaha. Terima kasih. Ayo berangkat.”

“Ayo.”


***


06.55 AM

At Class, School.


Aku menarika nafas dalam-dalam. Merasa gugup dengan penampilan baruku. Yap, ini hari pertamaku menggunakan seragam sekolah yang tertutup. Aku sedikit takut melihat reaksi teman-teman nanti.

Tapi Bismillah, kucoba kuatkan mental dan melangkah pasti menuju ruang kelasku.

Dan ternyata seluruh kelas mendadak diam saat mereka melihatku dalam balutan kemeja panjang, rok dalam hingga mata kaki, serta kerudung panjang yang melewati dada.

“Kayla? Woa, kamu cantik sekali menggunakan kerudung,” seru Dina histeris.

“Benar. Kamu cantik sekali. Terlihat sulit dijangkau,” canda Darma.

“Hehehe. Makasih.”

“Assalamu’alaikum,” sapa seorang gadis riang.

“Wa’alaikum salam,” jawab kami serentak.

“Tuuh, kembarannya Kayla udah datang,” celetuk Mirna sambil tertawa kecil.

“Nah, Kayla kan udah hijab, kalian kapan nyusul??” tanya Rayna.

“Tunggu aja, ntar kami nyusul kok,” jawab Rezi sambil menyungginggkan senyum.

“Bagus deh kalau gitu. Kami tunggu ya.”

“Okee.”

Ternyata reaksi mereka tak seperti bayanganku. Ternyata mereka menerima dengan baik perubahanku. Aku jadi tak sabar melihat reaksi nenek. Bagaimana pendapatnya mengenai hijabku ya??


***


Sore sepulang sekolah aku langsung pamit kepada ibu untuk pergi ke rumah nenek, dan ternyata yang kudapatkan di sana adalah sesuatu yang mengejutkan. Nenek ternyata sakit-sakitan. Dia bahkan harus opnamedi rumah sakit beberapa hari yang lalu.

Tapi aku merasa bersyukur bisa datang hari ini, nenek terlihat senang saat melihat wajahku dalam balutan kerudung berwarna turquoise pemberiannya dulu. Aku takjub melihat nenek, karena bahkan di saat umurnya sudah tua dan dalam keadaan sakit seperti ini, nenek tak pernah melepas kerudungnya. Membuatku semakin termotivasi untuk terus berhijab.

Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya penyakit nenek mulai membaik. Dokter bilang, hal ini dipicu oleh psikis nenek yang sangat baik dan perasaan nenek yang begitu bahagia. Dan hal itu mempercepat proses penyembuhan. Tapi aku tahu, kesembuhan pasti kehendak Allah SWT sebagai hadiah karena jiwa nenek yang selalu tabah.

Tapi aku penasaran tentang satu hal. Apa yang membuat nenek begitu bahagia? Dan saat aku menanyakan mengenai hal tersebut, aku benar-benar berterimakasih pada Rayna.

“Karena kamu sudah menggunakan kerudung dan berhijab. Tak ada yang lebih membahagiakan nenek selain melihat wajahmu dibingkai oleh kerudung.” Begitu jawaban nenek.

Tak kusangka reaksi nenek terhadap hijabku sampai sejauh ini. Dan aku menyadari, bahwa aku berhutang banyak pada Rayna. Karena gadis itulah aku bisa menjadi seperti saat ini. Menjadi gadis yang lebih baik.


To Be Continued


***


0 komentar:

Posting Komentar